Semarang | 9 Mei 2022 – Setelah sempat vakum dua tahun lamanya, tradisi Syawalan Kembali digelar di Kaliwungu dan dikunjungi oleh ribuan warga Kendal.
Syawalan atau yang dikenal dengan istilah lebaran ketupat _(Bakdo Kupat)_ merupakan salah satu tradisi yang dilandasi oleh syariat namun kental akan nuansa kebudayaan, yang hingga saat ini masih hidup di Kaliwungu dan berlangsung selama tujuh hari setelah perayaan Idul Fitri.
Tradisi syawalan dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur yang telah tiada. Bentuk penghormatan yang dilakukan biasanya mendatangi makam para ulama atau wali dan melakukan tahlil serta mengirim doa.
Tradisi tahunan ini dipusatkan di makam Kyai Guru Asy’ari yang dilaksanakan setiap tanggal 8 syawal yang kemudian dikenal dengan sebutan Syawalan. Selain itu, ada juga komplek pemakaman suci para tokoh penyebar agama islam lainnya di Kaliwungu.
Hal ini tentunya tak lepas dari karakteristik Kaliwungu yang disebut sebagai 'Kota Santri', dimana momentum syawalan menjadi salah satu bentuk pengabdian seorang santri kepada gurunya. Berkunjung ke makam ulama bagi santri sama dengan napak tilas masa sejarah nasab guru-gurunya.
Area lokasi syawalan setiap tahunnya selain dipadati oleh ribuan orang yang berkunjung ke makam para ulama juga padat oleh pedagang dari sekitar maupun luar Kaliwungu yang berjualan di sepanjang jalan dan trotoar.
Kemudian ada juga arena hiburan yang sangat beragam menempati area lokasi syawalan yang semakin menandai agungnya nilai tradisi kebudayaan syawalan yang terlaksana setiap tahunnya di Kaliwungu.
#DinusFMInfo